
Apel Rutin Kamis Pagi Karyawan RSI Siti Aisyah Madiun
- 26 June 2025
- Layanan
Pada tanggal 24 Maret 2025,- RSI Siti Aisyah Madiun mengadakan acara kajian Ramadhan dan buka bersama yang dihadiri oleh seluruh karyawan. Acara ini berlangsung di Masjid Muchsin Ali, yang terletak di lantai 2 Mas Mansur RSI Siti Aisyah Madiun.
Acara ini diakhiri dengan buka puasa bersama, di mana para karyawan menikmati hidangan yang telah disiapkan. Suasana penuh kebersamaan dan kehangatan terlihat jelas di antara para peserta, menciptakan momen yang berkesan dalam rangka menyambut bulan suci ramadhan tahun ini.
Dengan kegiatan seperti ini, diharapkan karyawan RSI Siti Aisyah Madiun dapat lebih mendalami nilai-nilai spiritual dan meningkatkan rasa kebersamaan dalam lingkungan kerja.
Acara di awali dengan Sambutan Ketua PDM Kota Madiun Bpk.Sutomo ST dan di lanjutkan dengan Kajian Ramadhan.Ustadz Dr. Suwardi Rosyd A, M.Pd. menjadi pembicara utama dalam kajian tersebut. Dalam ceramahnya, beliau menyampaikan pentingnya memperkuat iman dan meningkatkan amal ibadah selama bulan suci Ramadhan. Ustadz Suwardi juga mengajak para karyawan untuk memanfaatkan momen ini sebagai kesempatan untuk saling berbagi dan mempererat tali silaturahmi di antara sesama.
Intinya MAteri Kajian dengan Tema "MENGOPTIMALKAN AMAL: MERAIH PAHALA MAKSIMAL DENGAN TERTIB DAN EFEKTIF"
Dalam Islam, waktu atau umur manusia di dunia adalah modal utama untuk meraih kenikmatan surga yang abadi. Umur rata-rata umat Nabi Muhammad SAW. berkisar antara 60 hingga 70 tahun, sebagaimana sabda beliau: "Umur umatku berkisar antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun, dan hanya sedikit yang melampaui itu." (HR. Tirmidzi, hasan) Sejatinya, umur yang panjang tidak menjadi jaminan bahwa seseorang lebih banyak pahala kebaikannya. Seberapa banyak pahala yang bisa dkumpulkan manusia tak hanya dipengaruhi oleh banyaknya waktu dan tenaga yang dikerahkan, banyaknya harta yang dikeluarkan, atau banyaknya pekerjaan yang dilakukan. Justru yang paling penting adalah bagaimana manusia memberdayakan potensi yang dimilikinya sesuai dengan porsi yang pas, waktu yang tepat dan cara yang efektif pula. Agar Pahala Lebih Optimal Pahala suatu amal bisa berbeda-beda, tergantung pada beberapa faktor:
• Kesesuaian dengan Sunnah: Amalan yang paling besar pahalanya adalah yang paling sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW. Contohnya, membaca tasbih 33 kali setelah shalat fardhu lebih utama daripada 3333 kali.
• Keikhlasan: Amalan yang dilakukan dengan ikhlas semata-mata karena Allah SWT akan bernilai lebih besar.
• Kondisi dan Situasi: Prioritas amal bisa berbeda-beda tergantung kondisi dan situasi. Misalnya, shalat berjamaah di masjid lebih utama bagi laki-laki. 10 malam terakhir Ramadhan ( Malam lailatul Qodar)
• Memberi dampak ke orang lain: Pahala bisa juga diperoleh secara lebih optimal ketika seseorang sudi mengajarkan kebaikan kepada orang lain. o Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Orang yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala seperti orang yang melakukannya.” (HR Muslim)
• Memberi makan orang yang berpuasa: “Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun.” (HR Tirmidzi, Shahih)
• Menjadi pelopor kebaikan: “Barangsiapa yang mempelopori suatu sunnah yang baik dalam Islam, lalu diikuti oleh orang-orang setelahnya maka dicatat baginya pahala kebaikan orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala ereka sedikitpun.” (HR Muslim) Contoh: Dalam Ibadah:
1. Mendirikan Salat Berjamaah di Lingkungan Baru: Seseorang yang pindah ke lingkungan baru yang belum memiliki masjid atau musala, lalu ia berinisiatif mengajak warga sekitar untuk salat berjamaah di rumahnya atau tempat yang disediakan. Setiap orang yang ikut salat berjamaah karena ajakannya, pahalanya akan terus mengalir kepadanya.
2. Mengajarkan Bacaan Al-Qur'an: Seorang guru yang mengajarkan bacaan Al-Qur'an kepada anak-anak di lingkungan rumahnya. Setiap kali ana-anak itu membaca Al-Qur'an, pahala juga akan mengalir kepada guru tersebut.
3. Membangun Masjid atau Musala: Orang yang mewakafkan hartanya untuk membangun masjid atau musholla. Setiap orang yang beribadah di masjid atau musholla tersebut, maka orang yang mewakafkan hartanya tersebut akan mendapatkan pahalanya. Dalam Kehidupan Sosial:
1. Membentuk Komunitas Peduli Lingkungan: Seseorang yang menginisiasi gerakan bersih-bersih lingkungan di sekitar rumahnya, lalu mengajak tetangga untuk ikut serta. Setiap kali ada orang yang meniru gerakan tersebut, pahala kebaikannya akan terus bertambah.
2. Mendirikan Rumah Tahfidz Al-Qur'an: Seseorang yang mendirikan rumah tahfidz Al-Qur'an untuk anak-anak yatim dan dhuafa. Setiap anak-anak tersebut menghafal dan membaca Al-Qur'an, maka pahala akan terus mengalir kepadanya.
3. Membuat Program Sedekah Makanan: Seseorang yang membuat program sedekah makanan, dimana setiap hari jumat mereka menyediakan makanan gratis untuk orang-orang yang membutuhkan. Setiap orang yang ikut bersedekah dan setiap orang yang memakan makanan tersebut, maka pahala akan terus mengalir kepadanya.
4. Mengadakan Kajian Rutin: Seseorang yang mengadakan kajian rutin di rumahnya, dan mengundang ustadz untuk memberikan kajian. Setiap orang yang datang ke kajian tersebut dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat, maka pahala akan terus mengalir kepadanya.
Dalam Dunia Pendidikan:
1. Membuat Program Beasiswa: Seseorang yang membuat program beasiswa untuk anak-anak yang kurang mampu, agar mereka bisa melanjutkan pendidikan. Setiap anak yang berhasil meraih cita-citanya berkat beasiswa tersebut, pahalanya akan terus mengalir kepada orang yang menginisiasi program tersebut.
2. Membuat Konten Pendidikan yang Bermanfaat: Seseorang yang membuat konten pendidikan di media sosial, seperti video atau artikel, yang berisi ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Setiap orang yang belajar dari konten tersebut, maka pahalanya akan terus mengalir kepadanya.
• Mengutamakan yang wajib diatas yang sunnah: “Tidaklah hamba-Ku bertaqarrub kepadaKu dengan amal ibadah yang lebih Aku cintai dari apa yang Aku wajibkan kepadanya, dan hamba-Ku tiada hentihentinya bertaqarrub kepada-Ku dengan segala yang sunnah hingga Aku mencintainya.” (HR Bukhari)
• Infak sebelum dan sesudah Fathul Makkah: “Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah).Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orangorang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu.Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik.Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Hadid 10) Ayat ini menunjukkan bahwa berinfak pada masa-masa sulit, ketika umat Islam masih lemah dan terancam, memiliki nilai yang lebih tinggi di sisi Allah. Contohnya, para sahabat yang berinfak sebelum Fathu Makkah, seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Utsman bin Affan, yang mengorbankan harta mereka untuk mendukung perjuangan dakwah. Hal ini mengajarkan kita untuk memprioritaskan infak pada saat-saat ketika bantuan sangat dibutuhkan, baik dalam konteks pribadi maupun sosial Tertib dalam Amal
• Secara umum, amal yang wajib harus lebih diutamakan daripada yang sunnah.
• Prioritas amal bisa berbeda-beda tergantung kondisi dan situasi.
• Penting untuk memperhatikan perkara-perkara yang bisa mengurangi atau merusak pahala. Kesimpulan Untuk meraih hasil optimal dalam beramal, kita perlu:
• Mengutamakan amalan yang sesuai dengan sunnah.
• Melakukan amalan dengan ikhlas.
• Memahami prioritas amal dalam setiap kondisi dan situasi.
• Menjauhi perkara-perkara yang bisa mengurangi pahala. Semoga materi kajian ini bermanfaat. Wallahu a'lam.
Semoga Bermanfaat (MJK)